Indonesia Gelap dan Ramadhan


Oleh : Gus Zain Rohmatika*)
Hari ini jika sering membuka sosial media dan berita yang bersliweran menjadikan kepala tambah pening. Pikiran jadi suntuk. Masa depan sudah suram. Indonesia tamat. Begitu kira-kira, gambarannya. Kasus korupsi gila-gilaan, penipuan, asusila, oknum aparat yang melakukan tindak kejahatan, dan banyak kasus yang jika ditulis malah memenuhi seluruh tulisan ini hanya dengan rentetan kasus demi kasus yang tak berkesudahan. Di bumbui drama-drama dan cekcok netizen yang tidak berujung dengan berbagai sudut pandangnya.
Namun, coba kita tutup gawai kita. Kita lihat santri Nahdlatussubban yang berjalan perlahan menuju kelasnya masing-masing. Dengan seragam hijau mereka, menenteng buku. Tertawa bersama temannya. Di pojok kelas, mereka masih ngerumpi menunggu jam 7 pagi. Entah apa yang dibahas. Mungkin cita-cita mereka kelak, mungkin membahas tugas yang belum terselesaikan, mungkin juga membahas guru-guru yang favorit dan yang menjengkelkan. Pada sore hari setelah ashar, beberapa santri putra bermain voli. Sebagian memakai sarung setengah betis, berkaos. Sebagian memakai celana training. Riang dan ceria, tanpa beban. Jika sudah menunjuk pukul lima sore, suara doa khatmil Qur’an mendayu dari speaker, menandakan kegiatan nastamir akan segera dimulai.
Ah, rupanya sudut Indonesia masih ada yang waras. Indonesia belum kiamat. Gaung Indonesia gelap yang bersliweran hanya slogan. Menggambarkan terlalu banyaknya manusia yang menodai langit biru dengan laku kehidupan yang kelam. Masih ada anak-anak yang mengaji. Masih ada orang yang bersujud kepada Allah swt. Masih ada yang peduli kepada kebersihan. Masih ada memiliki empati dalam hatinya. Masih ada harapan. Masih ada Tuhan!
Waktu tak mempedulikan tingkah manusia. Ia tetap berjalan sesuai kodratnya. Ramadhan sudah di pelupuk mata. Masih banyak pekerjaan yang harus kita lakukan. Masih banyak rakaat shalat yang harus kita dirikan. Masih banyak lembar al-Qur’an yang harus kita khatamkan. Masih banyak kitab yang harus kita bubuhi coretan. Masih banyak cinta yang harus kita sebarkan. Masih banyak hutang yang perlu kita tunaikan. Masih banyak kebaikan yang harus disebarkan. Dan masih banyak takjil yang harus kita habiskan!
Marhaban yaa syahra Ramadhan! Sugeng rawuh bulan mulia! Welasilah kami yang dzalim ini, ya Allah!
*Kepala SMP Islam, Ketua FKDT Pacitan, Sekretaris Rijalul Ansor Pacitan, Sekretaris RMI NU Pacitan
-
penerimaan santri baru 2025-2026
1,792 -
Santri Pondok Pesantren Nahdlatussubban Raih Prestasi dalam Lomba MTQ dalam Pekan Olahraga dan Seni tingkat Madrasah Aliyah (MA) Se-Kabupaten Pacitan
510 -
Penetapan libur Hari Raya Idul Fitri 1446 H
244 -
Penetapan libur dan masuk awal Ramadhan 1446 H
229 -
Safari Ramadan, Menapaki Jejak pengabdian dan Dakwah
206 -
Nasionalisme Santri
198 -
Pimpinan Pondok Pesantren Nahdlatussubban Sampaikan Ucapan Selamat Hari Jadi Kabupaten Pacitan ke-280
185 -
Indonesia Gelap dan Ramadhan
180