Nasionalisme Santri

author avatar
PP Nahdlatussubban
Feb 20, 2025 4 months ago
hero image


Oleh : Gus Zain Rohmatika*)


Pendidikan merupakan satu pondasi pokok kehidupan berbangsa. Pergantian Menteri dan pemangku kebijakan menjadi keniscayaan yang tidak terelakkan lagi. Hal tersebut berimbas kepada pergantian metode pembelajaran atau kurikulum sekolah atau madrasah. Di tengah cuaca yang tidak menentu tersebut, dengan tenang bahtera Pesantren melaju menembus samudera kehidupan berbangsa. Masih dalam optimisme dan cintanya kepada Negeri ini yang terus tergerus, justru oleh oknum-oknum yang terus bertambah. Cinta para awak bahtera Pesantren tetap sama dan tidak pudar sedikit pun.


Mendikdasmen, salah satu Menteri baru yang lahir pada era pemerintahan ini mencanangkan program “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.” 7 kebiasaan tersebut adalah bangun pagi, beribadah, berolahraga, gemar belajar, makan sehat dan bergizi, bermasyarakat, dan tidur cepat. Menurut Mendikdasmen, Prof. Abdul Mu’ti, program-program tersebut dalam jangka Panjang diharapkan mampu membentuk keadaban sehingga melahirkan Masyarakat yang beradab. Program tersebut dimulai dengan pembiasaan, kemudian menjadi karakter, dan kemudian menjadi keadaban.


Menariknya, semua program tersebut merupakan hal-hal yang menjadi rutinitas di semua Pesantren di Indonesia mulai Sabang hingga Merauke. Kebiasaan pertama, adalah bangun pagi. Sudah tentu diketahui bahwa kegiatan Pesantren dimulai sejak Shalat Subuh, kemudian berlanjut baik sorogan, atau mungkin ngaji wetonan. Baru kemudian berlanjut hingga kegiatan belajar dimulai. Kebiasaan yang kedua, adalah beribadah. Ibadah merupakan ruh Pesantren. Ibadah biasanya dilakukan salah satunya di masjid. Masjid sendiri merupakan satu dari lima unsur dari Pondok Pesantren sesuai dengan aturan di Kementerian Agama.


Kemudian kebiasaan ketiga, adalah berolahraga. Tidak semua Pesantren memiliki jadwal olahraga yang pasti. Biasanya Pesantren tua yang memfokuskan kurikulumnya dalam pendalaman kitab kuning jarang menjadwalkan olahraga. Namun demikian tidak berarti santri Pesantren itu tidak pernah berolahraga. Biasanya olahraga tersebut dilakukan ketika waktu libur, seperti hari Jumat. Atau Ketika kegiatan outdoor, seperti bersih-bersih lingkungan Pesantren. Kebiasaan keempat, adalah gemar belajar. Hal ini tidak perlu diragukan lagi. Setiap Santri selalu suka belajar, baik terpaksa atau tidak. Dan bahkan terkadang jumlah Pelajaran yang dipelajari oleh santri, itu lebih banyak dibandingkan sekolah pada umumnya.


Kemudian kebiasaan kelima, adalah makan sehat dan bergizi. Mengenai hal ini, Pesantren sudah beradaptasi mencoba menyajikan makanan bagi para Santri sesuai dengan gizi yang seimbang. Kecuali memang beberapa Santri yang mungkin sedang melakukan laku tirakat yang sengaja mengubah pola makannya dalam rentang waktu tertentu. Lalu kebiasaan keenam, adalah bermasyarakat. Pesantren merupakan miniatur bermasyarakat. Semua aspek dalam bermasyarakat bisa ditemui di dalam Pesantren. Bahkan untuk pengenalan karakter seseorang, santri Pesantren lebih berpengalaman dibandingkan anak seusianya, sebab sudah mengenal berbagai karakter lintas kota dan provinsi. Bahkan beberapa sudah memiliki santri dari luar Indonesia. Hal tersebut memacu Santri agar mengenal keragaman budaya Indonesia yang kelak menjadi bekal dalam bermasyarakat. Dan kebiasaan terakhir adalah tidur cepat.


Pada akhirnya, Pesantren sudah lebih dahulu mengimplementasikan program Menteri Pendidikan tersebut. Hanya saja tidak memiliki nama dan manajemen untuk dikelola secara administratif. Namun Pesantren tetap menjadi Lembaga unggul yang sangat mencintai Indonesia, sehingga lulusan Pesantren akan tetap menjaga sisi agama dan kebangsaan secara seimbang. Tetap memiliki jiwa Nasionalisme yang tidak perlu diragukan lagi.



*Kepala SMP Islam, Ketua FKDT Pacitan, Sekretaris Rijalul Ansor Pacitan, Sekretaris RMI NU Pacitan