Ketika Ramadan Menghadirkan Keluarga Kedua di Dusun Berug


Oleh Laila Dwi Utami
Keramahan warga Dusun Berug mengajarkan satu hal, Ramadan bukan hanya tentang ibadah individu, tetapi juga tentang bagaimana hati yang tulus menciptakan ruang untuk kebahagiaan kolektif. Inilah esensi yang kami temukan dalam Safari Ramadan penuh makna ini.
Ramadan tahun ini meninggalkan kesan dan pesan yang mendalam di hati. Pengalaman berharga yang kami dapatkan saat melaksanakan kegiatan di RT 02, Dusun Berug, Desa Ploso, Kecamatan Tegalombo. Bagi kami, safari kali ini menjadi momen yang tak terlupakan, penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan.
Sejak awal kedatangan kami di Dusun Berug, keramahan warga setempat sudah terasa begitu kuat. Saat kami tiba di rumah yang akan menjadi tempat tinggal sementara kami, sambutan hangat langsung menyambut. Setelah rombongan yang mengantar kami kembali, kami segera diantar menuju kamar untuk beristirahat. Tak lama berselang, Bapak dan Ibu Ketua RT setempat datang menyambut kami dengan penuh keakraban.
Selama berada di Dusun Berug, kami berusaha untuk aktif berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Kami dengan senang hati membantu berbagai pekerjaan rumah tangga, menjalin kedekatan dengan keluarga yang menampung kami. Selain itu, kami juga memiliki beberapa tugas yang telah diamanahkan.
Setiap pagi, saya melaksanakan tadarus Al-Qur’an. Kemudian, pada siang hari, kami mengisi kegiatan Pondok Ramadan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ploso, berbagi ilmu dan keceriaan dengan anak-anak sekolah. Sore harinya, kami mengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di balai dusun, menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an sejak usia dini.
Tak hanya itu, kami juga berkesempatan untuk melatih anak-anak bermain duror, sebuah kegiatan yang menambah warna dan kegembiraan di dusun. Di malam hari, kegiatan tadarus Al-Qur’an kembali kami laksanakan, menambah kekhusyukan suasana Ramadan.
Meskipun masjid utama dusun terletak agak jauh dari tempat kami tinggal, hal ini tidak menjadi penghalang bagi kami untuk tetap memakmurkan ibadah. Kami mengatur jadwal untuk beribadah secara bergantian di berbagai tempat ibadah yang ada di sekitar, mulai dari Masjid RT 02, Mushola RT 02, hingga Masjid RT 03. Hal ini memberikan kami kesempatan untuk berinteraksi dengan lebih banyak warga dan merasakan kebersamaan dalam beribadah.
Saat tiba waktunya untuk berpamitan pulang, kami dikejutkan oleh banyaknya warga yang seolah enggan melepas kepergian kami. Beberapa dari mereka bahkan sempat melontarkan kalimat yang membuat hati kami terenyuh, “Mantuk e pas hari raya wae yo nduk?” (Pulangnya pas hari raya saja ya, Nak?). Mendengar ungkapan tulus tersebut, hanya senyuman yang bisa keluar dari mulut mungil ini, sembari merasa terharu dan dihargai atas kehadiran kami.
Saat kami hendak meninggalkan Dusun Berug, banyak sekali adik-adik kecil yang memberikan kami kado sebagai kenang-kenangan. Bukan hanya itu, kami juga diberikan sejumlah uang saku sebagai bekal perjalanan pulang. Setelah berpamitan dengan seluruh warga yang hadir, kami akhirnya dijemput dan kembali ke tempat asal dengan membawa segudang kenangan indah.
Selama berada di Dusun Berug, kami merasa sangat betah dan bahagia. Suasana kekeluargaan yang hangat, keramahan warga yang luar biasa, serta keceriaan anak-anak membuat kami merasa seperti tidak ingin pulang.
Pengalaman safari Ramadan kali ini benar-benar memberikan kesan yang mendalam dan mengajarkan kami tentang pentingnya kebersamaan, kepedulian, dan indahnya berbagi di bulan suci Ramadan. Semoga kenangan indah ini akan selalu kami bawa dan menjadi motivasi untuk terus berbuat baik dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Dusun Berug telah mengajarkan kami sebuah paradigma sederhana namun sangat kuat, bahwa kebaikan yang tulus selalu meninggalkan jejak. Suasana kekeluargaan yang hangat, keramahan warga yang luar biasa, serta keceriaan anak-anak membuat kami merasa seperti tidak ingin pulang.
Seperti kata warga setempat, “Jangan lupa kembali,” pesan yang bukan sekadar undangan, tapi pengingat bahwa tanggung jawab sosial kita tidak berakhir di sini. Semoga kenangan indah ini akan selalu kami bawa dan menjadi motivasi untuk terus berbuat baik dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Oleh Laila Dwi Utami (Santri Kelas XII PP Nahdlatussubban) ― Editor Agung Wibowo
-
penerimaan santri baru 2025-2026
1,852 -
Santri Pondok Pesantren Nahdlatussubban Raih Prestasi dalam Lomba MTQ dalam Pekan Olahraga dan Seni tingkat Madrasah Aliyah (MA) Se-Kabupaten Pacitan
574 -
Penetapan libur Hari Raya Idul Fitri 1446 H
295 -
Pimpinan Pondok Pesantren Nahdlatussubban Sampaikan Ucapan Selamat Hari Jadi Kabupaten Pacitan ke-280
288 -
Safari Ramadan, Menapaki Jejak pengabdian dan Dakwah
283 -
Penetapan libur dan masuk awal Ramadhan 1446 H
282 -
Nasionalisme Santri
249 -
Indonesia Gelap dan Ramadhan
231