Pesantren Nahdlatussubban Uji Kemampuan Santri Kelas Akhir lewat Ujian Praktik Ibadah Aplikatif

author avatar
PP Nahdlatussubban
Apr 24, 2025 2 months ago
hero image

Pacitan, NHD Online

Pondok Pesantren Nahdlatussubban menggelar Ujian Praktik Ibadah pada Kamis (23/3/2025), menegaskan komitmennya dalam mencetak santri yang tidak hanya menguasai teori keagamaan, tetapi juga mahir mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang berlangsung khidmat ini menjadi tolok ukur kesiapan santri kelas akhir menghadapi situasi nyata, mulai dari pengurusan jenazah hingga ibadah dalam kondisi khusus.

Ujian kali ini menguji kompetensi santri dalam materi ibadah yang bersifat aplikatif, seperti praktik tajhizul mayyit (tata cara pengurusan jenazah), Salat Jama’ Qashar, Salat Sunah, hingga bersuci menggunakan jabirah (perban atau pembalut luka). Pemilihan materi ini menunjukkan kedalaman kurikulum pesantren yang tidak hanya fokus pada ritual dasar, tetapi juga menyiapkan solusi fiqh untuk situasi tidak biasa.

Ahmad Zakariya, Ketua Panitia Pelaksana, menegaskan bahwa ujian ini dirancang untuk menjembatani ilmu teoritis dan praktik. “Kami ingin santri tidak hanya ‘alim (berilmu), tetapi juga ‘amil (mengamalkan). Ilmu Fiqh harus hidup, bukan sekadar tertulis di kitab,” ujarnya. Ia mencontohkan, kemampuan memandikan jenazah atau salat dalam perjalanan adalah bekal vital yang akan langsung bermanfaat saat mereka kembali ke masyarakat.

Menurut Zakariya, esensi ujian ini adalah membentuk pribadi Muslim utuh yang siap menjawab kebutuhan umat. “Ini investasi jangka panjang. Kami ingin praktik keagamaan di masyarakat dipimpin oleh orang yang tidak hanya paham teori, tetapi juga terampil dan konsisten mengamalkannya,” tambahnya.

Sebagai pesantren yang progresif, Nahdlatussubban kembali menegaskan perannya sebagai pencetak kader umat kompeten, baik secara spiritual maupun praktis. Langkah ini diharapkan menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan Islam lainnya untuk memperkuat pendekatan aplikatif dalam pengajaran ilmu agama.

“Semoga praktik baik ini menular. Ilmu agama harus menjadi solusi, bukan sekadar wacana,” pungkas Zakariya.